Clark sedang membuat design. Kiko memuji Clark yang barus saja mulai membuat design tapi sudah selesai, “kau sangat hebat boss…” Merek alalu menggoda Clark. kata Axel, “boss, aku sudah bisa mendengar suara loncneg gereja lho..” Clark tertawa. Angela datang dan mengusulkan, “daripada menggabr di kanvas, apa tidak lebih baik melukis di dinding?” Clark setuju, “itu bagus, sehingga orang-orang bisa berfoto dan mempromosikannya di sosmed.” Angel senang.
jigs ketiduran di bar. Maggie membangunkannya,”kupikir dnegan bagitu banyaknya tamparan kau akan melupakan mantanmu..” Jigs tertawa dan mengucapkan terima kasih.
Maggie menepuk dan mengelus kepala jigs lalu mengajaknya pulang, “apa aku ini? anjingkah?” maggie dan Jigs tertawa bersama. lalu keduanya berdiri dan pergi dari bar.
Maggie menepuk dan mengelus kepala jigs lalu mengajaknya pulang, “apa aku ini? anjingkah?” maggie dan Jigs tertawa bersama. lalu keduanya berdiri dan pergi dari bar.
Leah pulang kerja. Dia meletakan map dan tas di meja lalu masuk kekamarnya. pak SOl datang. Dari dalam tas leah terdengar suara hp. pak Sol memanggil leah tapi tak ada sahutan. lalu pak SOl mengangkat telpon itu. Dari seberang terdengar suara rona menyapa, “hallo, leah…” pak Sol menyahut, “hallo..” Mendengar suara pak SOl, Rona langsung terdiam. pak Sol terlihat penasaran. Leah dan tiffany keluar. Rona menutup telponnya. Leah bertanya, “ayah, mengapa di angkat?” pak SOl berkata kalau ada panggilan berkali-kali. pak SOl bertanya, “siapa itu leah?” Leah berkata kalau itu panggilan dari orang tak di kenal, “kalau pentig pasti dia akan menelpon lagi…” lalu Leah pamit pada pak SOl hendak tidur. leah berbalik hednak masuk kamar. Tiffany berdiri di depan pintu kamarnya, kedua kakak beradik itu saling bertetapan dengan wajah tegang. Begitu pula pak SOl, dia terlihat tegang dan matanya berkaca-kaca.
Malamnya saat memebantu pak SOl minum obat, Tiffany bertanya, “apakah kau merasa baik yah?” pak SOl berkata kalau dia berpikir tentang penelpon leah, tiba-tiba aku ingat ibumu. Suara mereka sama..” Tiffany bertanya, “apa yang dia katakan?” pak SOl mengulang apa yang di katakan Rona. tiffany pura-pura heran, “hanya seperti itu dan kau begitu yakin kalau suaranya seperti ibu?” pak SOl beralasan bahwa meski telah lama dia masih mengenal suara Rona, “penelpon itu suaranya sangat mirip..” Tiffanu coba mengalihkan perhatian pak Sol dnegan berkat akalau itu terjadi karena pak Sol mengingat Rona terus, jadi suara orang pun di dengarnya mirip. Pak SOl bingung, “mungkin. AKu hanya merindukan ibumu..” Leah menguping dari depan pintu kamarnya. pak SOl merasa tidak tenang karena Rona mati membawa sakit hati. tiffany menennagkan, “sudahlah yah, jangan pikirkan itu lagi, lebih baik kau pikirkan kesehatanmu.