Chandra memberikan sarang madu yang dia dapatkan pada ibunya, “aku tahu ibu sangat menyukainya. Karena itu aku mencarikannya untukmu.” Tapi ayahnya menyahut ketus, “jangan ada yang menyentuhnya! AKu akan menjualnya!” Chandra protes, “tapi ayah, ini bukan untuk di jual. Aku membawakannya untuk ibu..” Si ayah menyahut, “kecuali kau membawakan sarang madu itu setiap hari…”
Ibu Chandra menyela kesal, “apakah kau ila? kau tidak melihat luka-lukanya?” Si ayah memukul istrinya dengan keras. Chandra menolong ibunya dan berjanji akan membawakan sarang madu untuk ayahnya setiap hari. Si ayah peri dengan puas.
Chandra membantu ibunya dan bertanya, “kenapa ibu mencintainya? Padahal dia selalu menyakitimu. Aku tak ingin mencintai siapapun jika itu artinya menyakiti orang lain..” Ibu menyahut, “Cinta adalah sesuatu yang berharga. Kelak, saat kau jatuh cinta kau akan mengerti.” Chandra beruman, Cinta membuat seseorang menjadi lemah. Tak ada wanita yang lahir ke dunia ini yang bisa aku cintai..”
Sementara itu, Avantika sedang duduk di tandu sambil meringis kesakitan. Nand sedang merayu Mora, “sudah 9 tahun suamimu mati.. terima aku. Aku tidak akan membuat masalah lagi..” Mora menolak, “kau lekai tak tahu malu. Aku menghinamu setiap hari tapi kau masih juga datang kesini tanpa merasa malu. Raja seperti apa dirimu… yang tidak punya kehormatan diri. Kau telah mempermainkan banyak wanita dan kini seorang anak perempuan akan terlahir sebagai anakmu. Kelak kau akan menyadari, bahwa wanita yang kau hina hingga saat ini juga puteri seseorang. Dia akan mendaptkan karma atas apa yang kau lakukan padaku. Ketika anak perempuanmu terluka, kau akan tahu bagaimana rasa sakit itu..”
Nand mendorong Mora sambil berkata, “jika Avantika melahirkan anak perempuan, maka dia akan menjadi anakku dengan masa depan yang cerah..” Mora menyahut, “.. tapi aku melihat masa depannya penuh dengan kesulitan, seperti kesulitan yang kau berikan padaku..” Nand terlihat gusar. Lali prajurit datang untuk memberitahu kalau Avantika telah melahirkan.
Nand akhirnya memiliki seorang puteri setelah punya 9 putra. Sambil menatap wajah puterinya, Nand teringat kata-kata Mora, bahwa anak perempuan adalah milik ayahnya yang paling berharga. Nand berkata, “dia adalah puteriku. Puteri Magadha..” Nand memukul segel emas, sebuah koin terjatuh. Nand tertegun gembira dan berkata dengan wajah berseri-seri, “puteriku adalah keberuntuganku..” Nand meletakkan bayi nandini diatas kpin emas itu sambil berkata, “dia kuberi nama Nandini…”
Narator berkata, “Nand sangat menyayangi dan melindungi puterinya. Dia sangat-sangat mencintainya…”
5 tahun kemudian…
Seorang pria memprotes Padmanan karena menyuruh rakyat membayar pajak di ulang tahun puterinya, “..betapa kejamnya dirimu..” Salah satu pangeran memukul pria itu sambil mengumpat kesal, “beraninya kau bicara seperti itu pada ayahku. Beraninya kau menolak membayar pajak..” Pandmanand mencegah anaknya, “..tidak kah kau tahu kalau rakyat adalah segalanya bagi seorang raja? Jadi jangan hina dia. Seorang Raja akan memenuhi keinginan rakyatnya. Karena dia berkata kalau dia lebih memilih mati daripada membayar pajak, maka aku akan mengabulkan keinginannya itu. Bunuh dia!!”
Sebelum algojo beraksi, Nandini muncul dan berlari kearah Padmanand. Kakak Nandini segera menyembunyikan pria malang itu di belakangnya. Padmanand menyambut Nandini dengan gembira. Nandini mengadu, “ayahanda, tak ada yang bermain denganku…” Nand memeperhatikan Nandini dengan seksama, “aku akan menyuruh mereka bermain denganmu. Kau ingin bermain apa?” Nandini gembira. Dia menutup mata Nand dengan secarik kain, “aku akan sembunyi dan ayah harus menemukan aku..” Pandmanand tak bisa menolak keinginan puterinya..
Narator berkata, “Nand mendapatkan cinta puterinya, tapi Nandini akan mendapat kesulitan karena ayahnya...” Next: ep 4