Happy Fight!

HAPPY FIGHT! Ishima dan Papa sangat suka bertengkar. Setiap kali aku protes, mereka akan bilang, “ruhi sayang, kami tidak bertengkar. Kami hanya berdebat saja..”

Seperti pagi ini. Aku masih tidur nyenyak ketika kudengar suara teriakan papa,

“Ishita… Ishitaaaa! Mana handuk ku? Ishitaaaa!!”
“Raavan Kumar…. tak bisakah kau melihatnya? Aku meletakkanya di sofa!”

Dengan teriakan-teriakan mereka pagiku menjadi sempurna. Awal yang indah untuk menjalani hari adalah ketika aku mendengar Ishima dan Papa bertengkar seperti itu. Ishima selalu menjelaskan kalau itu bukan bertengkar yang ‘bertengkar’, tapi pertengkaran bahagia, Ishima menyebutnya ‘Happy Fight‘. Ishima dan Papa sangat menikmatinya dan aku juga senang mendengarnya.

Dan seperti pagi ini, teriakan papa membuatku tersenyum. Aku tidak takut jika papa marah, tapi aku menyukainya.

Tiba-tiba ku dengar langkah kaki Ishima dan suaranya yang memanggilku, “Ruhi… ruhi sayang! Ayo bangun! Sudah jam tujuh. Apakah kau tak ingin pergi kesekolah? Ayolah cepat bangun!!” Aku sangat suka jika Ishima membangunkanku seperti ini. Dia lalu berbaring di sampingku dan memelukku sambil menyembunyikan  kepalaku di bawah dagunya.

Aku tak punya pilihan lain selain menyahut, “sebentar lagi, Ishima..” Sambil berkata begitu aku menutup mataku kembali. Menikmati kehangatan pelukan Ishita. Ini adalah tempat terbaik yang aku inginkan, dalam pelukan Ishita. Tapi… sebenarnya bukan yang terbaik, karena yang terbaik adalah ketika Papa dan Ishima memelukku berdua dan aku berada dalam dekapan mereka. Lalu mereka akan mengelitik tubuhku sampai aku terkikik geli. Ya, tempat terbai di dunia ini adalah dalam dekapan Papa dan Ishima.

Ishima berusaha mengajak aku bangun. Aku masih mengulur waktu. lalu Papa datang dan mengelitiki telapak kakiku. Untuk sesaat aku pura-pura tidur nyenyak, tapi tak tahan menahan geli. Aku mulai terkikik  dan segera bangkit. Ishima tertawa. Aku dan papa segera beralih padanya dan menggelitiki pinggangnya. Ini selalu terjadi setiap pagi. Tidak ada yang tahu tentang ini, tapi Ishima ku sangat tidak tahan geli. Saat kami mengelitiki dirinya, dia akan menjatuhkan diri ke tempat tidur sambil menarik aku dan Papa bersamanya. Lalu Papa dan Ishima saling tatap dan melupakan diriku…

Selalu saja begitu. Saat mereka larut dalam moment bahagianya, aku akan menyingkir dan memberi ruang untuk mereka. Papa pernah berkata agar aku tidak menggangu mereka saat mereka sedang bersama. Karena dengan cara inilah mereka menunjukan rasa cinta mereka. Kalau sudah begitu, Papa akan memberikan senyum istimewanya pada Ishima. Dan Ishima akan tersipu malu dengan pipi memerah, persis seperti puteri-puteri yang sedang jatuh cinta dalam film-film Disney. Jika sudah begitu aku pergi dari sana, masuk kamar mandi,  menyegarkan diri dan bersiap untuk pergi kesekolah… (bersambung)