“Itu pelakornya! Ayo cepat jalan…” ucap si brewok bersemangat.
“Bentar, Man. Biar lakinya agak jauh sedikit. Ingat pesan bos! Yang perempuan, mati pun tidak apa. Tapi suaminya tidak boleh kenapa-kenapa. Lecet pun tidak boleh!” jelas yang di panggil Man, teman si brewok yang duduk di belakang kemudi.
“Nah… Nah, itu dia mulai nyebrang. Ayo tancap!!”Si Man segera menginjak pedal gas kuat-kuat. Suara mobil yang mengerang kencang menarik perhatian. Termasuk perhatian si wanita yang sedang menyebrang jalan.Melihat ada mobil melaju kencang kearahnya, si wanita mati langkah.
Beberapa orang yang melihat berteriak menyuruh si wanita menepi. Tapi rasa gugup dan bingung membuat si wanita terpaku di tempatnya berdiri.Mobil yang di kendarai si Man melesat semakin dekat dan..”Buaaammm”Teriakan histeris pun terdengar dimana-mana.
****
Rezna memasuki ruang duka dengan tangan dibelat. Wajahnya yang cantik juga penuh luka lecet. Para pelayat menatap kehadiran Rezna dengan tatapan penasaran dan rasa ingin tahu yang amat sangat. Rezna tidak perduli dengan tatapan orang. Dia terus melangkah kedalam hendak menghampiri sesosok tubuh yang terbujur kaku di tengah ruangan.
Tiba-tiba seorang wanita yang semula duduk di samping jenazah, bangkit dan melangkah cepat kearah Rezna. Rezna tidak mengenali orang itu. Dia mencoba tersenyum, meski tarikan diwajahnya membuat luka dipipinya merenggang sakit.
Begitu tiba di depan Rezna, wanita itu menampar Rezna dengan keras. Rezna menjerit kesakitan. Tidak cukup sampai situ, si wanita yang ternyata istri dari yang meninggal itu kalap dan terus menghujani Rezna dengan pukulan. Beberapa orang dengan sigap memegangi si wanita dan menjauhkan Rezna darinya. Tapi si wanita terus meranggai dan melancarkan pukulan kearah Rezna.
“Wanita jalang! Pelakor! Harusnya kau yang mati…! Harusnya kau yang mati!!” teriaknya.
“Tenang, bu Bagyo. Tenang….! Sadar!” seseorang coba melerai.
“Gara-gara dia suamiku mati. Gara-gara dia!! Pelakor jahanam!!” teriak bu Bagyo histeris.
Seorang pria yang sedari tadi terpengkur di samping jenasah meloncat kaget. Dan secepat kilat menangkis semua pukulan yang mengarah pada Rezna, “Tenang mbak Widya, sadar. Mbak tidak tahu siapa yang mbak pukuli! Sadar mbak!! !”
“Tidak bisa! Dia harus mati. Gara-gara dia suamiku mati! Gara-gara dia!! Lepaskan, tanganku Pras. Biar aku menghajarnya. Biar dia babak belur! Biar dia mati! Lepaskan aku!! Lepaskaan!!” Widya memberontak sambil berteriak histeris.Yang di panggil Pras menyuruh orang-orang menarik Widya kedalam dengan paksa.
Lalu dengan takzim, Pras meminta maaf pada Rezna atas kelakuan kakak iparnya, “beliau sangat terpukul, bu. Tolong maafkan kakak ipar saya.. …”
Rezna mangangguk, “saya bisa memaklumi kemarahan dan kesedihan bu Bagyo. Saya yang seharusnya minta maaf, karena saya semua ini terjadi. Andai pak Bagyo tidak menolong saya, beliau pasti masih ada di tengah-tengah kita..”
Pras mempersilahkan Rezna menghampiri jasad kakaknya. Tapi baru saja hendak beranjak, beberapa orang polisi menyerbu ke dalam. Pras menyambut polisi-polisi itu.
Komandan polisi menyapa Pras, ” Selamat Siang. Kami membawa surat penangkapan untuk saudari Widya Subagyo.”
Pras kaget, “beliau kakak ipar saya. Ada persoalan apa ya pak??”
“Kami telah berhasil menangkap sopir mobil yang merenggut nyawa pak Bagyo. Dari keterangan mereka kami mendapat informasi bahwa ibu Widya Subagyo adalah dalang dibalik peristiwa ini.”
Pras menyahut cepat, “tidak mungkin, pak. Kakak ipar saya tidak mungkin punya niat untuk menghabisi kakak saya. Dia sangat mencintai kakak saya…”
“Kami percaya itu. Tapi sebernanya pak Bagyo hanya korban salah sasaran. Korban sebenarnya yang seharusnya mati dalam kecelakaan itu adalah saudari Rezna Anjani,” jelas polisi.
Mendengar namanya disebut, Rezna cepat-cepat menoleh. Pras juga menoleh ke arah Rezna. Tatapan keduanya bertemu.Pras memberitahu polisi tentang Rezna. Selain menciduk Widya sebagai tersangka, polisi juga meminta Rezna agar ikut bersama mereka untuk memberikan keterangan.
Widya menolak ikut polisi. Polisi terpaksa membawa Widya dengan paksa. Kesedihan keluarga menjadi berlipat ganda. Sang ayah masih terbujur kaku, si ibu harus mendekam di penjara.
***
Dari keterangan yang Widya berikan di kantor polisi,
ternyata selama ini, Widya menyangka Rezna adalah wanita selingkuhan suaminya. Tidak ingin kehilangan suami karena pelakor, Widya menyewa pembunuh bayaran untum menghabisi Rezna. Tapi upaya itu gagal, malah suami Widya yang jadi korban.Namun Pras membantah tuduhan Widya, hubungan kakaknya dan Rezna murni hubungan bisnis.
Perusahaan Bagyo terancam bangkrut, rumah dan tanah perkebunannya tergadai di bank. Perusahaan Rezna akan mengakusisi perusahaan Bagyo dan membantu Bagyo melunasi hutang di bank.Pembicaraan akusisi berjalan sangat alot. Pertemuan demi pertemuan terpaksa dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan yang diinginkan.Setelah kesepakatan itu disetujui kedua belah pihak dan tinggal pelaksanaanya saja, pak Bagyo nya malah meninggal dunia. Akibat perbuatan istri tercinta. Tragis bukan??
Jangan pernah menyimpan prasangka, karena petaka tak pernah segan untuk mendekati Anda..!!! (MayZulaikha)