Sinopsis Ashoka Samrat episode 6. Dharma mendatangi Bindu yang tidak sadar. Dia meminta Bindu bangun, “Ashok akan dihukum mati. Hanya kau yang bisa menyelamatkannya. Dia tidak bersalah. Dia tak mungkin menyerang dirimu. Aku tak bisa memihak padanya besok. Aku tak pernah meminta apapun darimu, atau akan meminta apapun di masadepan. Tapi Ashok membutuhkanmu. Ashok butuh ayahnya. Bangulah!” Dharma menangis putus asa.
Helena berkata meminta agar tersangka di bawah ke pengadilan. Dalam keadaan ter-rantai, Ashok di bawa ke pengadilan. Dia melihat Helena ada di sana. Pendeta guru meminta pengadilan di mulai. Seorang pendeta mencoba membela Ashok dengan mengatakan kalau dia masih anak-anak, dan tidak tahu apa yang di lakukannya. Khorasan membantah, “dia bukan anak, tapi strategi yang di terapkan musuh. Dia tidak seperti anak-anak. Dia menyebut dirinya Samrat. Dia mengolok-olok Samrat Bindusara dan berkata bahwa dia akan menjadi Samrat. Dia masuk ke istana secara sembunyi-sembunyi. Menyebabkan kebakaran dan menganggu prajurit jaga.” Ashok tanpa takut mengakui semuanya, “ya. Aku masuk ke istana. Prajurit mengejarku, karena itu aku sembunyi di hutan.” Helena bertanya, “jadi kau mengaku telah menyerang Samrat Bindusara?” Ashok menatap Helena, dan teringat bagaimana dia mendatanginya di penjara dan meminta dia menerima kejahatan yang tidak di lakukannya, sebagai imbalan, Helena akan menyelamatkannya dari hukuman mati. Mengingat itu Ashok dengan tegas berkata, “aku Ashoka. Yang berjanji pada ibunya untuk selalu mengatakan kebenaran. Dengan jelas aku menyatakan kalau aku tidak menyerang Samrat. Ratu ini datang kepadaku di penjara dia akan menyelamatkan aku dari hukuman mati jika aku mau mengakui kejahatan itu. Menyembunyikan kebenaran untuk menyelamatkan diri juga hukuman mati. Aku akan mengatakan yang sebenarnya. Aku melihat seorang prajurit menyerang Samrat dan aku mengatakan kebenaran ini pada ratu kemarin.” Semua menatap penasaran pada Helena. Helena sendiri terlihat salah tingkah, dia melirik Justin. Justin segera berdiri dan dengan geram berkata, “anak ini sudah melewati batas. Dia menghina pengadilan, dia harus di hukum mati.” Ashok terlihat gugup. Helena berdiri dan berkata, “aku perintahkan untuk memengal kepala anak ini sekarang juga!” Semua orang tertegun. Sesaat suasana menjadi hening. Keheningan itu di kejutkan dengan suara langkah kaki. Semua orang menoleh kearah pintu. Acharaya Chanakya masuk ke ruang pengadilan mengagetkan semua orang. Ashok senang melihatnya.
Helena terkejut, dia teringat ketika prajurit menyampaikan kabar kematian Chanakya. Begitu pula Khorasan. Ashok pun mendengar kabar kematian Chanakya dari Dharma. Tapi sekarang… yang di sangka mati itu tiba-tiba muncul di istana dalam keadaan segar bugar tanpa cacat sedikitpun. Helena dan Justin saling pandang. Guru terlihat kecewa. Begitu hilang rasa terkejut, semua yang hadir segera memberi salam pada Chanakya. Chanakya tersenyum dan berkata, “kebenaran selalau menang. Ia tidak bisa di tekan. Matahari, bulan, sungai, semua menjadi saksi kebenaran. Kebenarannya adalah aku masih hidup. Hari ini kejahatan terbesar akan terjadi, yaitu membunuh kebenaran. Samrat Chandragupta Maurya percaya pada keadilan dan kebenaran. Dan hari ini keduanya akan di bunuh. Samrat Chandragupta merasa terhina. Karena itu aku di beri kehidupan baru untuk menyelamatkan kebenaran.” Pada Helena Chanakya bertanya, “darimana anda mendapat otoritas untuk menghukum tersangkah Hanya Samrat yang boleh menghukum seseorang.” Helena menyahut, “Samrat sedang berjuang untuk hidupnya. Sesuai peraturan ibu yang akan menggantikan tempatnya.” Chanakya menyahut, “jangan lupa, aku yang membuat semua peraturan ini. Tanpa kehadiran Samrat, satu orang tidak berhak menentukan siapa penjahat atau bukan. Anda harus mendengarkan kasunya terlebih dahulu.” Helena membantah, “siapa yang mau mendengarkan penjahat yang coba menyerang Samrat? Dia musuh Magadha.” Chanakya menyahut dengan kalem, “anda benar. Orang yang menyerang dan yang memihak padanya..keduanya adalah penghianat. Tapi tuduhan pada anak ini tidak terbukti. Sehingga anda tidak boleh menghukumnya. Itulah keadilan dan akan memandu kasus ini. Aku akan buktikan anak ini tidak bersalah.” Semua orang merasa heran dengan pernyataan Chanakya. Begitu pula Helena. Helena berpikir, “mengapa Chanakya memihak anak ini? Untuk siapa dia bangkit dari kematiannya?” Helena bertanya, “Achari Chanakya, anda memihak tersangka?.” Chanakya menggeleng, “tidak! Aku memihak kebenaran.” Ashok menyela, “tidak. Bagaimana Achari Chanakya memihak padaku kalau aku terlibat masalah ini semua adalah karena dia?” Helena tersenyum licik, “…dia berbicara kasar tentang anda dan anda memihak padanya? Anda bangkit dari kematian untuk anak ini?”
Achary Chanakya memberi tahu yang hadir bahwa orang-orang yang di kirim untuk membunuhnya adalah orang bodoh, “mereka tidak tahu kalau untuk bisa membunuhku mereka harus cukup pintar.” ~Kilas balik bagaimana prajurit berusaha pembunuhan Chanakya di sungai, bagaimana chanakya selamat dari usaha pembunuhan bahkan berhasil melukai salah seorang pembunuhnya dengan gelang di tanganya. Dan bagaimana Radhagupta meminta rakyat menyebarkan kabar palsu kalau Chanakya terbunuh, padahal seebenarnya dia masih hidup. Chankya muncul di hadapan mereka dan meminta mereka mencari prajurit yang telah di lukainya itu~
Helena bertanya apakah Chanakya menemukan penyerangnya? Chanakya menjawab, “ya.” Chanakya memanggil Radhagupta. Radhagupta muncul bersama seseorang yang berjalan pincang. Orang ituterlihat gugup dan ketakutan. Helena dan Justin saling beradu pandang dengan cemas. Chanakya berkata, “dia adalah prajurit Magadha.” Chanakya menatap penyerangnya dan bertanya, “apakah kau menyerangku? Apakah kau mengaku?” Si penyerang menganguk takut-takut, “ya.” Chanakya meminta orang itu menunjukan lukanya. Prajurit itu mengangkat kainnya memperlihatkan goresan pararel di kakinya. Chanakya berkata, “ini membuktikan kalau dia adalah orang yang sama yang berusaha membunuhku.” Chanakya meminta si penyerang mengatakan siapa yang memberinya perintah. Tapi Helena menyela, “kita semua senang anda masih hidup. Tapi bagaimana kita semua bisa percaya kata-kata orang yang coba membunuh anda?” Chanakya berkata kalau dia sudah mempersiapkan segalanya, “aku akan buktikan kalau apapun yang di katakan prajurit ini adalah benar.” Chanakya memanggil tabib dan menanyainya, “kau seharusnya hanya melayani keluarga kerajaan saja. Itu peraturannya. Tapi yang membuat aku binggung, kenapa ketika Samrat Bindusara sedang berjuang dengan hidupnya kau malah pergi mengobati prajurit biasa ini?” Tabib menatap Helena. Dengan gugup dia menjawab, “sudah tugas saya untuk mengobati orang yang terluka.” Chanakya tersenyum heran, “kenapa prajurit lain tidak pernah melihat sisi kemanusiaan mu sebelum ini? Anda tahu, bahwa ini melanggar peraturan. Kau tidak boleh mengobati orang biasa. Tapi kau mengobati penyerang ini. Jadi terbukti kalau kau melakukannya atas perintah orang besar. Ini bukan secara kebetulan samrat dan aku di serang pada waktu bersamaan. Ini di rencanakan. Samrat dan aku mempunyai musuh yang sama. Orang ini akan membuktikannya.” Helena memberi isyarat pada Justin untuk menghentikan Chanakya. Justin berdiri, sambil menghunus pedang dia menghampiri si penyerang, “siapa yang menyuruhmu membunuh achary Chanakya? Katakan!” Tak tahu harus menjawab apa, dengan putus asa, si penyerang meraih pedang Justin dan menebas lehernya sendiri. Si penyerang mati seketika. Semua orang kaget melihat kenekatannya. Helena menyerigai puas. Setelah tubuh si penyerang dibawah pergi, Chanakya berkata, “jika penyerang itu mengatakan yang sebenarnya, dia tidak akan di hukum mati. Tapi dia tahu, kebenaran itu lebih penting untuk tidak di ungkapkan daripada nyawanya sendiri.”
Perdebatan tentang kasus Ashokpun di mulai lagi. Helena memberitahu Chanakya, kalau dia berpihak Ashok, maka guru yang lain akan melawannya dari sisi Magadha. Chanakya berkata, “kalau aku memihak anak ini, itu artinya anak ini jujur.” Guru yang ditunjuk menghampiri Chanakya dan memberi hormat, “saya belajar segalanya dari anda. Kami tidak bisa menentang anda, tapi saya akan berusaha menangani kasus ini dengan penuh kejujuran. Mohon jangan tersinggung.” Chanakya tersenyum, “apa yang kuajarkan padamu, tunjukanlah. Aku akan senang.” Guru memulai kasusnya dengan menanyai Ashok apakah dia bersembunyi di hutan dengan membawa alat memanah? Ashok memberi alasan. Tapi guru tak mau mendengar alasan Ashok, dia menyuruh Ashok menjawab pertanyaannya dengan iya atau tidak. Ashok dengan terpaksa mengangguk. Guru bertanya lagi, “apakah kau menyerang Samrat Bindusara?” Ashok menggeleng, “tidak. Itu tidak benar. Saya tidak tahu cara menggunakan alat memanah. Saya melihat penyerang itu dengan mata kepalaku sendiri. Kalau anda tidak percaya, bawalah wanita yang saat ini sedang merawat Samrat, dia juga melihat penyerang itu.” Khorasan membenarkan kalau ada wanita yang di bawa Chanakya untuk merawat Samrat. Tidak ada yang tahu kalau wanita itu adalah Dharma, karena dia memakai cadar. Guru meminta wanita itu di panggil.
Dengan wajah tertutup selendang, Dharma di hadirkan dipengadilan. Suara gelang kakinya saat melangkah memukau semua orang. Dharma melihat Khorasan. Kenangan buruk kembali terbayang, dia ingat bagaimana Khorasan menyerang dirinya dan membunuh ayahnya. Chanakya yang tahu kalau wanita itu Dharma merasa tegang. Dharma berdiri diantara Chanakya dan Ashok dengan kain menutupi wajahnya. Melihat itu Khorasan meminta Dharma memperkenalkan diri dan membuka cadarnya. Helena setuju dengan permintaan Khorasan. Dharma harus memperlihatkan wajahnya atau kalau tidak dia akan menyuruh prajurit memaksanya.
Dharma membuka cadarnya. Ashok mengenalinya dan memanggil, “ma!” Khorasa terkejut melihat wajah Dharma, “Dharma? Kau Dharma?” Helena bertanya, “Siapa Dharma?” Khorasan memberitahu semua orang kalau Bindusara pernah menikahi Dharma, “kalau kau hidup, anakmu pasti hidup juga. ~Khorasan menatap Ashok~ Apakah Ashok anakmu? Kau pasti datang untuuk balas dendam. Dia adalah anakmu yang ingin kau selamatkan?” Dharma mengelak dengan takut, “tidak. Sekarang dia bukan anakku.” Khorasan menyakinkan dirinya, “tidak! Dia pasti anakmu. AKu akan membunuhnya!” Khorasan menghunus pedangnya siap menebas leher Ashok. Dharma berteriak, “tidak!”
Dharma tersentak kaget. Tidak ada kalimat yang keluar dari mulutnya. Dia masih tetap berkerudung. Rupanya itu hanya bayangan Dharma saja. Khorasan kembali meminta Dharma membuka kerudungnya. Dharma dengan berat hati hendak menuruti permintaan Khorasan ketika tiba-tiba seorang prajurit datang memberitahu kalau Bindusara telah sadar. Chanakya dan yang lainnya menarik nafas lega. Kecuali Justin dan guru yang bersengkokol dengannya. Helena pura-pura bahagia, “Samrat telah sadar. Anakku telah sadar.” Chanakya menatap Helena dengan tatapan tak percaya. Guru menunda pengadilan dengan berkata kalau sidang di tunda selama 1 hari, “anak ini mendapatkan kesempatan hidup 1 hari lagi karena Samrat yang ingin dia bunuh.” Helena mengatakan pada semua orang kalau tidak ada yang boleh menemui Samrat tanpa izinnya.
Bindusara sedang duduk menyandar di divan ketika Helena dan Justin datang menemuinya. Helena mengelus rambut Samrat penuh kasih sayang dan berkata bagaimana sedihnya ia memikirkan Bindusara. Justin memberitahu Bindu kalau musuh mengirim seorang anak untuk membunuhnya, anak itu menyebut dirinya Samrat. Dan Achari Chanakya membela anak itu. Bindu dengan rasa ingin tahu bertanya, “Achari Chanakya telah kembali?” Helena menyahut, “ya. Kami pikir Achari datang untuk mu, tapi ternyata dia memihak penyerang itu.”
Dari tempat tersembunyi, Dharma mendengarkan hasutan Helena dan Justin. Helena menyakinkan Bindu kalau yang menyerang dirinya seoran anak kecil. Bindu mencela kalau musuhnya kini melakukan perbuatan sangat rendah. Justin memberitahu Samrat kalau mereka akan memutuskan hukuman bagi anak itu besok. Samrat menyahut, “aku akan mendengarkan kasusnya di pengadilan besok, dan jika dia terbukti bersalah, maka anak itu akan di hukum mati.” Dharma menangis sedih mendengarnya.
Radha Gupta menunjukan beberapa mayat pada Chanakya. Mayat-mayat itu terbunuh oleh racun yang sama yang di gunakan untuk menyerang samrat. Chanakya berkata kalau racun seperti itu hanya bisa di peroleh di klinik kerajaan. Sedang Chanakya dan radhagupta berbincang-bincang, muncul Dharma yang dengan rasa tidak terima bertanya, “kenapa anakku di tuduh sebagai pelakunya?” Chanakya memberi pengertian pada Dharma kalau untuk meraih tahta Magadha harus melalui banyak rintangan dan masalah. Salah satunya adalah tindakan mementingkan diri sendiri, “calon Raja masa datang tidak dapat melihat apa-apa. Dia hanya mengikuti arus dan kau tidak akan dapat menghentikannya. Akan ada pertumpahan darah dan berbagai kesulitan.” Dharma bertanya, “lalu kenapa anda membawa Ashok ke mari?” Chanakya menjawab, “takdir Ashok yang membawanya kesini..”
Di sisi lain, Ashok terikat di penjara. Dia terlihat begitu memelas… NEXT: Sinopsis Ashoka Samrat episode7