Sinopsis Ashoka Samrat episode 9 by Sally Diandra. Dharma bersembunyi dibalik pilar pilar besar agar tidak terlihat oleh Khurasan, para prajurit berjalan kesana kemari, Khurasan bertanya pada para prajurit “Apa yang terjadi ?”, “Disana ada seorang monster buas yang membawa anak itu pergi dan kami juga menemukan kepala kepala, dia ada disini !” ujar prajurit, Dharma yang bersembunyi nampak panik “Samrat saat ini masih kurang sehat, dia tidak boleh tahu tentang hal ini, aku akan menangani masalah ini, lindungi pangeran Sushima dan pangeran Siamak” perintah Khurasan
Ashoka sedang berada diruang sidang, dia duduk disinggasana Maharaja, Ashoka bersandiwara layaknya seorang Samrat dan berkata “Kamu penjaga toko yang telah menipu, kamu akan dihukum!” tepat pada saat itu Acharaya mengintip tingkah lakunya dari balik pintu bersama Radhagupta, muridnya. Rhadagupta tertawa melihat tingkah laku Ashoka yang pura pura menjadi Samrat, tak lama kemudian Acharaya keluar dari persembunyiannya dan menemui Ashoka, Ashoka terkejut begitu melihat Acharaya berdiri diepan pintu, para prajurit juga tiba disana “Tangkap anak itu !” perintah Acharaya lantang, para prajurit bergegas mengejar Ashoka “Kamu selalu menghianati aku !” ujar Ashoka sambil melompat dan menghindar dari kepungan para prajurit, Acharaya sangat terkesan melihatnya, Ashoka membuat semua prajurit berlari lari mengejarnya kesana kemari, Radhagupta yang penasaran dengan tujuan Acharaya mulai bertanya “Acharaya, mengapa kamu melakukan ini semua ?”, “Dia selalu mencoba untuk bertemu dengan ibunya” pada saat itu Dharma datang menemui Acharaya dan berkata “Ini adalah tindakan yang kejam untuk seorang anak kecil dengan tidak membiarkan aku bertemu dengannya”, “Kamu telah memberikan janjimu, ini semua untuk perlindungannya, kamu harus menjauh darinya untuk keselamatannya, selama aku masih hidup maka dia akan tetap aman” ujar Acharaya “Aku percaya padamu tapi ketika Samrat tidak selamat lalu bagaimana dengan Ashoka” Dharma sangat panik “Tidak ada tempat untuk keragu raguan ketika kamu sudah mempercayai seseorang, Dewi”, “Selama ini kami hidup bahagia di Vann, kamu telah melibatkan kami dalam masalah dengan membawa kami kesini” Dharma kelihatan sedih “Ashoka tahu bagaimana cara keluar dari masalah ini” ujar Acharaya dan berlalu meninggalkannya.
Saat itu Ashoka bersembunyi dari para prajurit, Ashoka melihat Helena sedang berbicara dengan Bindusara, Bindusara melihat ada sekelebat bayangan “Heiii ! Siapa itu ? Keluarlah !” perintah Bindusara, Ashoka segera meninggalkan tempat tersebut secara diam diam. “Acharaya saat ini telah amat sangat melewati batas, Bindusara” ujar Helena “Dia itu orang yang baik, ibu” ujar Bindusara “Acharaya telah membunuh banyak orang, aku tidak percaya padanya sepenuhnya, mengapa dia kembali lagi setelah berbagai macam alasan, apa alasannya ?”, “Permasalahan dalam kehidupankulah yang telah membawanya kembali”, “Mungkin dia mengira bahwa kamu tidak layak menjadi seorang Samrat dan dia pikir seseoranglah yang seharusnya menjadi Samrat” Helena berupaya meracuni pikiran Bindu agar membenci Acharaya “Aku percaya padanya” ujar Bindu, Helena nampak tidak suka dengan ucapan Bindu, Helena menjauhi Bindu dan pura pura sedih “Kamu lebih mempercayai dia daripada aku ? Kamu memiliki kekuasaan, Acharaya memiliki kekuasaan, sedangkan aku, aku hanya seorang ibu, aku mengkhawatirkan kamu, besok adalah pesta perayaan penyambutan kepulanganmu kembali akan tetapi aku tidak mempunyai hak sepenuhnya padamu, jika aku adalah ibu kandungmu maka kamu seharusnya memikirkan aku lebih serius” ujar Helena dengan nada memelas “Ibu, kamu memang adalah ibuku yang sesungguhnya, kamulah yang paling berharga untukku, aku mohon tolong jangan meminta aku untuk memilih antara kamu dengan Acharaya, aku membutuhkan kamu dan Magadha membutuhkan Acharaya” ujar Bindusara sambil melipat tangannya didepan dada memohon pada Helena yang saat itu menoleh dan berjalan mendekati Bindu, tak lama kemudian Dharma menemui mereka dan berkata “Maaf mengganggu anda, tapi ini saatnya pengobatan” ujar Dharma sambil menutupi wajahnya dengan dupattanya, Helena mendekatinya dan berkata “Acharaya dan Maharaja percaya padamu, jangan sampai kamu menipunya !” ujar Helena, Dharma menganggukkan kepalanya.
Didalam istana, ada seorang anak yang memasuki kamar ibu Ratu Helena, anak tersebut merasa takjub dengan dekorasi kamar ibu Ratu Helena yang sangat indah, anak yang bernama Bal Govin itu berkata dalam hati “Ibu Ratu Helena pasti akan senang dengan aku, dia pasti akan memberikan aku hadiah, aku tidak bodoh” tepat pada saat itu prajurit datang kesana dan bertanya “Sedang apa kamu disini ? Hey kamu tidak boleh datang ke istana ini dengan pakaian seperti ini ! Apakah kamu kesini mau mencuri ?” Bal Govin panik “Tidak ! Aku datang kesini untuk pekerjaan penting dengan ibu Ratu Helena”, “Kamu bohong pada kami !” para prajurit tidak percaya dengan Bal Govin “Aku bekerja di istal kuda, kamu bisa bertanya pada ibu Ratu Helena” prajurit akhirnya mengijinkan Bal Govin pergi “Baiklah kalau begitu, pergi dari sini !” Bal Govin segera meninggalkan tempat tersebut.
Bal Govin sudah berada diluar ruangan, dirinya merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang dan tiba tiba Bal Govin melihat bayangan seseorang yang sangat misterius mendatangi tempat itu dengan jubah hitamnya, Bal Govin sangat panik dan berusaha melarikan diri dari tempat itu, namun apa daya dirinya dibawa oleh pria misterius tersebut.
Maharaja Bindusara sedang berada dikamarnya menatap rembulan melalui celah jendela kamarnya, dirinya sangat merindukan Dharma, lagu Tum Hi To Mere Ho pun mulai terdengar, Dharma menemui Bindusara, hendak melakukan pengobatan, Bindu berbaring ditempat tidur, Dharma mengobati Bindu dan berkata “Luka anda berdarah, Maharaja”, “Aku sudah terbiasa dengan darah dan bila darah itu keluar untuk bangsaku maka aku tidak peduli” ujar Bindu sendu “Kadang kadang merasa menderita memang lebih baik” ujar Dharma sambil mengobati luka Bindu “Ketika rakyat melihat seorang Maharaja, mereka melihat kemewahannya, mereka melihat keuntungannya akan tetapi mereka tidak melihat permasalahan yang ada pada tahtanya dimana dia harus menghadapi semua persoalan ini, akan tetapi diatas semua itu aku telah menderita kehilangan Dharma” Dharma yang mendengarkan sedari tadi terkejut “Aku telah memberikan kehidupanku untuknya, aku telah memberikan nyawaku, cintaku untuknya dan aku telah menjauh darinya bahkan hari ini, aku telah meninggalkannya atas desakkannya” Dharma teringat ketika dulu dia meminta Bindu untuk pulang memerintah Magadha kembali dan meninggalkannya “Aku telah melakukan semuanya apa yang seorang Maharaja harus lakukan akan tetapi setelah 14 tahu, aku masih menderita kehilangan Dharma” Dharma benar benar panik, Bindusara kemudian bangun dan tidak sengaja tangannya menyentuh pipi Dharma, Bindusara terkejut dan teringat bagaimana ketika dulu dirinya menyentuh wajah Dharma, Dharma segera menutupi kembali wajahnya, ketika Bindusara hendak menyentuh wajah Dharma lagi, Dharma menghindar dan berkata “Saya akan datang lagi dengan obat obatan yang lain”, “Mengapa aku merasa aku pernah kenal denganmu ?”, “Saya telah mengobati anda selama beberapa hari mungkin anda baru mulai menyadari keberadaan saya” ujar Dharma sambil masih terus menutupi wajahnya kemudian pergi meninggalkan Bindusara “Tidak, aku telah melihatnya di ruang sidang tapi kenapa aku masih merasa bahwa dia adalah Dharma ? Mungkin ini hanya imaginasiku saja” ujar Bindu sedih
Ashoka kembali ke istal kuda, dia menemukan seorang anak yang sedang menangis “Jangan takut padaku” salah satu anak berkata “Setelah Bal Govin, mereka pasti akan mengambil aku juga” Ashoka kaget “Apa ? Dimana Bal Govin ?” salah satu anak menunjuk kesebuah tembok dimana terdapat gambar tengkorak menempel ditembok tersebut “Ini adalah tanda dari hewan buas itu, dia telah mengambil Bal Govin” ujar anak tersebut “Aku tidak pernah melihat hewan buas di Vann (tempat tinggal Ashoka), apakah kamu pernah melihatnya ?”, “Seseorang yang bisa melihatnya akan dibunuh ! Dulu dia mengambil dua teman kami dan sekarang dia mengambil Bal Govin, kami tidak tahu apa yang akan dia lakukan pada mereka”.
Pada saat itu Bal Govin sedang diikat dalam sebuah ruangan, seorang pria misterius menemuinya, pria itu mengenakan pakaian bergambar tengkorak dengan aksesoris tulang tulang manusia melingkar dilehernya, Bal Govin berteriak ketakutan, ditempat Ashoka dan teman teman barunya, Ashoka berkata “Tidak ada hewan buas yang masih ada sekarang”, “Lalu kemana anak anak itu pergi ?” tanya salah satu anak. Ditempat Bal Govin disekap, Bal Govin meminta pada pria misterius untuk melepaskan dirinya “Aku membawa anak anak kesini untuk menikmati penderitaan mereka” kembali pria misterius itu mencambuk Bal Govin.
Sementara itu di tempat Ashoka, Ashoka masih tidak percaya kalau ada hewan buas “Itu hanya mitos belaka, Bal Govin pasti melarikan diri dari sini, apakah kamu semua ingin tinggal disini ? Dia pasti telah merencanakan untuk melarikan diri dari sini” Ashoka mencoba menghibur teman temannya yang panik “Bagaimana dengan tanda ini ?” tanya salah satu anak “Ini pasti telah direncanakan oleh dia, jika aku tahu lebih dulu cerita ini maka aku akan melarikan diri juga seperti Bal Govin” Ashoka masih mencoba mencairkan ketegangan yang dirasakan oleh teman temannya dan tak lama kemudian diapun pergi meninggalkan teman teman barunya itu yang masih panik memikirkan hewan buas yang akan segera menyerang mereka.
Sushima saat itu juga hendak pergi tidur, Charumitra (ibu kandung Sushima) menemuinya dan menyalakan lilin yang melingkar dikamar di Sushima dan berkata “Tidak baik bila calon Maharaja tidur terlalu malam”, “Aku tidak ingin ada yang mencampuri urusan pribadiku !” ujar Sushima marah “Kamu adalah anakku, kamu seharusnya menghormati aku, ibumu!”, “Lebih baik kita ngobrolnya besok pagi saja” Sushima enggan berdebat dengan ibunya itu langsung menarik selimut menutupi tubuhnya, Charumitra langsung menarik selimut tersebut “Saat ibu berusia 16 tahun, ibu sangat mendambakan sebuah cinta, ibu harus menanggung semua ini hingga akhirnya kamu menjadi Maharaja”, “Apa yang ibu inginkan akan ibu dapatkan, aku akan menjadi Maharaja” ujar Sushima optimistis “Itu adalah tugasku, untuk mengatakan padamu apa bedanya antara kasar dan perilaku, ingat jika ayahmu tahu tentang rahasiamu ini, dia tidak akan menjadikan kamu raja, kamu harus memperbaiki sifatmu, keamanan sangat ketat, jangan buat kesalahan yang bodoh yang akan membuatmu menyesal seumur hidup karena ibu tidak akan bisa menerima kalau kamu tidak menjadi Maharaja !” ujar Charumitra kesal kemudian berlalu meninggalkan Sushima, Sushima teringat ketika ibunya mengatakan bahwa dirinya harus memperbaiki sikapnya, Sushima berteriak “Tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan aku menjadi seorang Samrat ! Tidak juga ayahku !” teriak Sushima lantang
Keesokan harinya Ashoka sedang tertidur diistal kuda, Ashoka merasa kegelian karena jilatan kuda yang berada didekatnya, tepat pada saat itu seorang prajurit datang menghampirinya dan menendang tempat tidur Ashoka, membuat Ashoka terjatuh dari tempat tidurnya “Bangun ! Ayo kerja !” Ashoka segera bangun dan memulai bekerja sambil bergumam “Aku baru saja mimpi indah tadi”
Didalam istana, ketika Sushima hendak menemui ayahnya dikamarnya, didepan pintu Sushima bertemu Dharma yang menutupi wajahnya sambil berkata “Maharaja sedang beristirahat, jangan ganggu dia, pangeran” Sushima marah “Jangan pernah untuk berani melakukan kesalahan, pelayan !” ujar Sushima sambil menyeruak masuk kekamar Bindusara “Orang orang bilang kalau ayah sakit tapi aku merasa ayah sudah siap untuk pergi keluar denganku, ayoo kita pergi keluar seperti yang biasa kita lakukan setiap hari” Bindusara mendekati anaknya “Sushima anakku, kamu sangat senang sekali pergi keluar dan aku tidak pernah berkata tidak padamu, ayah pasti akan pergi dengan kamu” Dharma masuk ke kamar Bindu sambil menutupi wajahnya dan berkata “Luka anda masih belum sembuh benar, tidak baik kalau anda pergi keluar, Samrat” Bindu tersenyum “Aku tidak pernah punya waktu untuk bersama sama dengan anakku, jadi aku tidak bisa menolak keinginan anakku hanya karena lukaku ini, aku tidak khawatir tentang lukaku ini karena kamu ada disini” ujar Bindu sambil berlalu meninggalkan tempat tersebut, Sushima yang mengekor dibelakang ayahnya menatap tajam kearah Dharma dengan muka kesalnya sambil berlalu dari sana.
Ashoka masih ada di istal kuda, Ashoka mendekati kuda yang hendak ditunggangi oleh Samrat Bindusara, kuda itu namanya Gul Bhushan “Kamu ini juga Samrat berkaki empat, aku juga Samrat dan jika kita berdua saling menghormati satu sama lain maka itu akan baik” ujar Ashoka sambil berusaha menaruh pelana diatas punggung Gul Bhushan namun Gul Bhushan menolak sambil meringkik, Gul Bhushan tidak ingin disentuh sama Ashoka, kembali Ashoka mencoba namun gagal lagi, anak anak yang lain yang bekerja di istal kuda itu tertawa melihat tingkah Ashoka “Kamu ini jangan keras kepala ! Baiklah aku akan mencoba cara yang lain” Ashoka kemudian mengambil makanan dan memberikannya ke kuda tersebut, Gul Bhushan memakan makanan yang diberikan Ashoka melalui tangan Ashoka, ketika si kuda sedang asyik makan, secepat kilat Ashoka menaruh pelana kuda dipunggung Gul Bhushan, Gul Bhushan tidak menolak, Ashoka sangat senang akhirnya misinya sukses, anak anak yang tadi mentertawakannya terperangah melihat usaha Ashoka “Lihat ! Gul Bhushan bisa aku tangani” ujar Ashoka dengan senyuman khasnya tepat pada saat itu Bindusara memasuki istal kuda dan berkata “Tidak mudah untuk mengatasi Gul Bhushan”, “Bal Govin tidak ada disini jadi akulah yang mengurusi Gul Bhushan” ujar Ashoka bangga “Jadi Samrat dari negara Vann bekerja untukku ?” ujar Bindu sambil mendekati Ashoka “Segera setelah saya membayar hutang saya, saya akan terbang dari sini” Bindu tersenyum, pada saat itu Dharma juga masuk kedalam istal kuda, namun bersembunyi dibalik tumpukan jerami, Dharma sangat senang melihat pembicaraan Bindu dan Ashoka yang terlihat akrab, tak lama kemudian Ashoka memberikan tangannya untuk Bindu agar bisa memanjat kekudanya, Bindu segera naik keatas kudanya. Sushima yang melihat perlakuan Ashoka ke Bindu segera memanggil Ashoka dan meminta Ashoka untuk memberikan tangannya juga untuknya agar dia bisa memanjat ke kudanya, ketika Sushima sudah naik kekudanya, Sushima langsung menendang Ashoka, semua yang melihatnya terkejut, Ashoka jatuh terjerembab ke tanah “Kamu tidak bisa mengurusi dirimu sendiri, bagaimana bisa kamu mengurusi kuda ?” ejek Sushima dengan tatapan sinisnya, Bindu menghampiri mereka “Kamu memang belum terbiasa dengan kuda tapi kamu akan tahu tentang mereka” ujar Bindu “Tidak ! Kudamu tidak mengenal aku, mereka tidak terbiasa denganku, aku ini Pawan, aku lebih cepat daripada kuda makanya mereka itu cemburu padaku” ujar Ashoka bangga “Jadi kamu mau balapan dengan kudaku Shera ?” Sushima menantang Ashoka “Jangan, itu tidak akan sama, Ashoka dengan kakinya sendiri sementara kamu dengan kudamu, itu tidak baik” Bindusara mencoba melerai mereka berdua “Aku terima tantangan pangeran Sushima, Samrat !”, “Aku bukan pangeran tapi Yuvraj Sushima !” bentak Sushima.
Ditengah lapangan, Ashoka sudah siap bertanding dengan Sushima yang mengendarai kudanya, Shera “Aku akan menunggu kalian berdua digaris finish” ujar Bindusara sambil bersiap memberikan aba aba dengan benderanya, tak lama kemudian pertandinganpun dimulai, Ashoka berlari sekuat tenaga sementara Sushima memacu kudanya dengan kecepatan tinggi, Ashoka kemudian mengganti haluan larinya melalui jalur alternatif yang membuatnya mencapai garis finish terlebih dahulu, Ashoka berjalan didepan Sushima dan berhasil menginjak garis finish, Bindusara yang sudah menanti kedatangan mereka merasa senang begitu melihat Ashoka memenangkan pertandingan, Ashoka lari kearah Bindusara dan terjatuh dalam pelukan Bindu, Bindu segera memegangnya lalu menyuruhnya untuk duduk diatas batu, dilihatnya kaki Ashoka berdarah, Bindu berlutut lalu membersihkan luka Ashoka dengan jubahnya, Ashoka tersenyum kearah Bindu “Ayah, apa yang kamu lakukan ?” Sushima yang masih menunggangi kudanya tidak suka ketika melihat ayahnya berlutut dan membersihkan luka di kaki Ashoka “Ini apa yang dilakukan oleh seorang Samrat pada Samrat yang lain” ujar Bindu sambil melirik kearah Ashoka, Ashoka tersenyum dengan senyuman khasnya dan teringat ketika dirinya berkata pada Bindusara kalau dirinya adalah Samrat “Seperti yang seharusnya Samrat lakukan pada Samrat yang lain” ujar Ashoka, ayah anak yang tidak saling mengenal ini saling tersenyum satu sama lain. NEXT: Sinopsis Ashoka Samrat episode 10