Deja Vu bag 26 by Sally Diandra. “Apa ? Aku harus menikah dengan Jodha ?” Jalal merasa heran dengan usulan ibunya “Oh tidak tidak tidak ,,, tidak ibu ! Itu tidak mungkin ! Aku tidak mungkin bisa menikah dengan Jodha, ibu ,,, ibu tahu sendiri kan bagaimana hubungan kami ?” Jalal benar benar nggak habis fikir dengan usulan ibunya yang rasanya tidak mungkin untuk dilakukan
“Kamu harus menikah dengan dia, Jalal ,,, karena dengan menikahi Jodha, kredibilitasmu sebagai dokter akan pulih kembali, kamu tahu kan bagaimana Jodha ? Dia seorang gadis yang cerdas, kinerjanya bagus dengan segudang prestasi, ayahmu sendiri juga mengakuinya, bahkan ayahmu juga pernah bilang ke ibu, kalau dia ingin Jodha bekerja di rumah sakit kita, mendukung jajaran team dokter kita, jadi ibu fikir ,,, dengan kamu menikahi Jodha, ayahmu pasti akan senang karena kamu bisa mengajak seorang gadis berpendidikan tinggi seperti Jodha untuk menjadi istrimu, menerima kamu apa adanya dan yang jelas bisa mengembalikan kredibilitasmu sebagai dokter, hanya Jodha yang bisa mengembalikan martabatmu sebagai seorang dokter di mata masyarakat, Jalal” Jalal hanya terdiam mendengar ucapan ibunya
“Apakah tidak ada cara yang lain, ibu ? Yang bisa kita lakukan selain menikahi Jodha ?” ujar Jalal dengan perasaan gamang, Jalal masih teringat ketika Jodha membawa seorang laki laki ke kamar kost kostannya silam
“Aku rasa apa yang ibu katakan itu benar, kak ,,, coba kamu fikir, selama ini kak Jodha terkenal sebagai gunung es yang sangat sulit untuk ditaklukkan tapi kalau kamu berhasil mengajaknya menikah menjadi istrimu, pastinya semua orang tidak akan memandang sebelah mata padamu lagi, karena wanita cerdas seperti dokter Jodha mau menikah dengan seorang dokter yang baru saja menggali lubang kuburnya sendiri” ujar Mirza sambil tertawa terbahak bahak
“Mirza, jangan begitu ,,,, jangan goda kakakmu, ini serius ,,, Jalal, nanti ibu akan coba bicara dengan Jodha, mengenai hal ini” ujar ibu Hamida
“Terserah ibu saja ,,, tapi aku tidak berharap banyak, aku tidak yakin Jodha mau menikah denganku” Jalal hanya bisa pasrah dengan keputusan ibunya
Keesokan harinya ,,,
Akhirnya bu Hamida bisa bertemu dengan Jodha pada malam harinya, mereka berdua bertemu di sebuah restaurant langganan ibu Hamida
“Selamat datang, Jodha ,,, apa kabar ?” ujar bu Hamida sambil memeluk Jodha erat dan mencium kedua pipinya “Aku baik baik saja, ibu ,,, ibu juga sehat kan ?” ibu Hamida mengangguk kemudian menyilahkan Jodha untuk duduk dan menikmati makan malam mereka sambil menceritakan kesibukan mereka masing masing, ketika mereka sedang menikmati menu dessert yang disajikan, ibu Hamida mulai mengajak Jodha untuk berbicara serius dari hati ke hati
“Jodha, selama ini ibu tidak pernah menanyakan kenapa atau alasan apa yang membuat hubunganmu dan Jalal berpisah” Jodha terdiam ketika ibu kandung Jalal ini mulai menyebut nama Jalal di depannya
“Ibu tidak mau tahu itu, Jodha ,,, karena hal itu adalah privasi kalian berdua, ibu bisa mengerti” Jodha menatap tajam ke arah ibu Hamida
“Lalu apa maksud ibu ?” ujar Jodha sambil menikmati cake tiramisunya
“Saat ini, ibu ingin minta bantuanmu, Jodha ,,, maukah kamu membantu ibumu, nak ?” ujar ibu Hamida dengan perasaan sedih sambil dipegangnya tangan Jodha erat
“Kalau aku bisa membantu, aku pasti akan melakukannya, ibu ,,, apa itu ?” Jodha mulai penasaran dengan ucapan ibu Hamida, bu Hamida menghela nafas dalam dan panjang, seperti ada sesuatu yang berat yang sedang dipikirkannya saat ini
“Apakah kamu sudah membaca surat kabar kemarin ?” Jodha bingung “Surat kabar yang mana, ibu ?” ibu Hamida mengeluarkan surat kabar itu dari dalam tasnya dan diserahkan ke Jodha seraya berkata “Bacalah halaman tiga, yang judulnya ibu lingkari” Jodha segera mengambil koran yang diberikan oleh bu Hamida dan segera membuka halaman tiga, matanya langsung tertuju pada judul yang dilingkari oleh ibu Hamida “Seorang dokter muda JA terlibat kasus perkelahian di klab malam” Jodha terperangah sambil menutup mulutnya ketika membaca baris demi baris berita tersebut
“Sekarang Jalal sudah bebas, Jo ,,, kami sudah mengeluarkannya dari penjara tapi timbul masalah lain” suara ibu Hamida terdengar berat
“Masalah lain ? Maksud ibu ?” ibu Hamida menatap Jodha dengan mata berkaca kaca “Ayah Jalal mengultimatum Jalal, dia akan mencopot gelarnya karena Jalal telah merendahkan martabatnya sebagai seorang dokter, yang imbasnya kamu tahu sendiri kan ? Nama besar ayahnya, kredibilitas rumah sakit kami dan semua yang berhubungan dengan nama besar Humayun akan tercoreng, sementara Jalal akan masuk dalam daftar hitam dan tidak akan bisa menjalankan profesinya sebagai dokter selama lamanya” Jodha kaget dan terkejut begitu mendengarnya
“Itulah mengapa ibu memintamu untuk bertemu hari ini, Jodha ,,, ibu ingin meminta bantuanmu” dahi Jodha berkerut dan semakin penasaran dengan maksud pembicaraan ibu Hamida
“Bantuan seperti apa yang bisa aku lakukan, ibu ? Aku tidak mengerti ?” ibu Hamida mencoba mengatur nafasnya sambil menatap ke arah Jodha yang sedari tadi memandangnya dengan tatapan bingung
“Ibu sangat berharap kamu bisa membantu Jalal dalam hal ini, ibu tahu hubungan kalian sedang renggang tapi ibu rasa tidak ada cara yang lain yang bisa kita lakukan untuk mengembalikan nama baik Jalal selain peran serta kamu dalam hal ini, Jodha” Jodha semakin tidak mengerti dengan ucapan ibu Hamida
“Maksud ibu apa ?”, “Menikahlah dengan Jalal, Jodha” Jodha terperangah tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya
Iiiibu ,,, bagaimana bisa aku menikah dengan Jalal ? Dan lagi apa hubungannya dengan aku ?” Jodha semakin bingung, sementara ibu Hamida mulai menangis
“Hanya kamu yang bisa menyelamatkan Jalal dari ultimatum ayahnya itu, Jodha ,,, ibu mohon sama kamu, bantulah Jalal ,,,, kalau Jalal bisa menikahi kamu, ibu yakin ayah Jalal akan merubah hukumannya untuk Jalal, profesor Humayun sangat respek dan kagum padamu, Jodha ,,, kalau Jalal bisa mengajakmu menikah maka persepsi profesor Humayun akan Jalal akan berubah karena dia bisa mengajak seorang dokter yang cerdas yang sarat akan prestasi mau menjadi istrinya, hanya kamu yang bisa merubah semuanya, ibu mohon, Jodha ,,, kalau ibu di suruh berlutut sekalipun di depanmu, ibu sanggup, Jodha ,,, ibu akan melakukannya, apapun yang kamu minta, ibu akan memenuhinya, Jodha ,,, asal kamu mau menolong Jalal dengan menikahinya” Jodha hanya terdiam, pikirannya jadi tidak menentu karena seseorang yang selalu ingin dihindarinya sejak lima tahun yang lalu saat ini harus bersama sama dengan dirinya setiap waktu, pikiran Jodha buntu, apalagi yang memintanya adalah seorang ibu yang telah dianggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri
“Ibu, minta maaf ,,, kalau ibu melamar kamu untuk anak ibu dengan cara yang seperti ini tapi ibu tidak punya pilihan lain, Jodha ,,, ibu mohon dengan amat sangat” Jodha hanya bisa tertunduk terdiam seribu bahasa, sementara ibu Hamida menangis pilu
“Ibu, sebelumnya aku minta maaf, aku tidak bisa memberikan jawabannya sekarang, aku tidak bisa secepatnya memberikan jawaban, tapi aku janji nanti aku akan memberitahu ibu” ujar Jodha sambil menatap ibu Hamida sedih, bagaimanapun juga lamaran ibu Hamida bukan perkara yang mudah, karena sampai saat ini dirinya masih benci dan muak terhadap apa yang telah Jalal lakukan padanya, bayangan masa silam ketika dilihatnya Jalal bercumbu dengan Laboni di video kembali bermain dalam benaknya, namun permintaan ibu Hamida yang begitu mengiba sebagai seorang ibu yang rela merendahkan harga dirinya didepan Jodha demi anaknya, membuat Jodha terharu, Jodha benar benar bingung pikirannya kacau, otaknya serasa buntu dan terhenti tidak bisa bekerja dengan baik
“Aku harus jawab apa, Ruku ? Ibu Hamida tiba tiba menodongku dengan permintaannya itu” ujar Jodha ketika bertemu dengan sahabatnya Rukayah di sebuah cafe sepulang kerja keesokan harinya
“Aku bisa memahami perasaanmu, Jo ,,, hal ini memang berat buat kamu, tapi semuanya terserah kamu, apa yang menurut kamu benar, kamu bisa melakukannya karena kamu yang menjalaninya, bukan aku” ujar Rukayah tenang
“Iyaaa ,,, sih tapi apa yang harus aku lakukan ?”, “Apakah kamu masih mencintainya, Jo ?” tiba tiba Rukayah memotong ucapan Jodha dengan pertanyaannya yang menyudutkan Jodha
“Mencintainya ? Ruku ! Kamu tau kan, bagaimana aku membenci laki laki itu, bagaimana dia telah mengkhianati aku ? Dan sekarang aku harus menerima dia lagi ? Oh Tuhan ,,,,” ujar Jodha sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya
“Bagaimana kalau kamu mengajukan beberapa persyaratan padanya ?” Jodha langsung membuka kedua tangannya yang menutupi wajahnya tadi “Apa ? Maksudmu ? Aku harus menerima dia dengan sejumlah syarat begitu ?” Rukayah mengangguk sambil meminum kopi pesanannya
“Tepat ! Coba kamu katakan itu ke ibunya atau mungkin ke Jalal langsung, bagaimana ?” Jodha menggelengkan kepalanya
“Aku nggak habis pikir, kenapa aku harus dipertemukan dengan dia lagi ?” Rukayah tersenyum sambil memandang sahabatnya ini “Mungkin dia memang jodoh kamu, Jo ,,, ambilah sisi positifnya, paling tidak dengan begini kamu bisa membantu Jalal dan keluarganya terutama ibu Hamida yang sudah sangat menyayangi kamu seperti anak kandungnya” saran Rukayah untuk memberikan syarat membuat Jodha sedikit mempunyai kekuatan, paling tidak Jodha tidak ingin terkesan benar benar menyerahkan dirinya untuk Jalal, ada sesuatu yang harus diperjuangkan Jalal untuk mendapatkan dirinya dan ketika hal itu di utarakannya pada Jalal ketika mereka mengadakan pertemuan khusus berdua di sebuah rumah yang diwariskan oleh ibu Hamida untuk mereka berdua, Jalal malah terkejut dengan permintaan Jodha
“Apa ? Syarat ?” Jalal terperangah ketika Jodha mengutarakan permintaannya agar Jalal mau menyetujui sejumlah syaratnya
“Jodha, asal kamu tahu yaaa ,,, dengan syarat ataupun tanpa syarat sekalipun, sebenarnya aku tidak ingin menikahi kamu ! Kamu harus ingat itu ! Ibukulah yang meminta agar aku mau menikahi kamu ! Bagiku tidak masalah kalau ayahku mencopot gelarku ! Aku malah sangat berterima kasih untuk itu ! Dengan begitu aku bisa angkat kaki dari sini, aku sudah bosan !” ujar Jalal lantang
“Kamu memang keras kepala ! Kamu pikir aku juga mau menikah denganmu ? Aku juga tidak sudi ! Kalau bukan karena ibumu, aku juga tidak akan melakukan hal ini ! Aku tidak tega melihat ibumu yang meminta padaku dengan mengiba bahkan rela merendahkan harga dirinya demi kepentingan anaknya yang sombong dan keras kepala !” suara Jodha juga tidak kalah lantang, sesaat mereka berdua terdiam dengan pikiran mereka masing masing, Jodha dan Jalal memang sama sama keras kepala tapi kalau boleh jujur, Jalal tidak ingin kehilangan Jodha, membayangkan Jodha dilamar oleh Suryaban saja membuatnya mabuk hingga tak bisa mengontrol dirinya sendiri
“Syarat apa yang kamu ajukan ?” akhirnya Jalal membuka suaranya, Jodha menatapnya seraya berkata “Aku ingin kamu berjanji untuk memenuhi semua syaratku ini” pinta Jodha ketus “Kita lihat dulu, syarat seperti apa yang kamu ajukan ?” ujar Jalal tenang, Jalal mulai bisa menguasai dirinya
“Setelah kita menikah nanti, aku ingin aku memiliki kamarku sendiri karena bagaimanapun juga aku tetap harus belajar untuk ambil specialis anakku, jadi aku tidak mau waktu belajarku terganggu dengan keberadaan dirimu” Jalal hanya terdiam mendengarkan ucapan Jodha
“Syarat yang kedua, kita memang tinggal berdua bersama, kita memang telah menjadi sepasang suami istri tapi aku tidak mau kamu menyentuh aku” Jalal langsung berdiri dari kursi tempatnya duduk
“Untuk syarat yang pertama, oke ,,, aku setuju, kamu boleh memiliki kamarmu sendiri tapi syarat yang kedua, aku tidak mau ! Bagaimana pun juga kamu telah sepakat menjadi istriku maka kamu harus menerima konsekwensinya menjadi seorang istri termasuk konsekwensi melayani suamimu lahir dan bathin !” Jodha segera mengepalkan kedua tangannya dan melototkan matanya ke arah Jalal dengan perasaan kesal, Jalal hanya diam tidak bergeming, kembali mereka berdua berada di titik buntu, kembali mereka berdua saling diam, Jodha tidak bisa membayangkan bila dirinya harus melayani Jalal sementara perasaan benci dan bayangan Jalal yang bercumbu dengan Laboni masih terekam dalam benaknya, namun kembali raut muka ibu Hamida membuat dirinya luluh, Jodha tidak ingin mengecewakan ibu Hamida
“Baiklah, syarat kedua aku ganti dengan syarat lain” suara Jodha akhirnya terdengar lagi, Jalal melirik sekilas kearah Jodha dan berkata “Apa itu ?” Jodha menghela nafas panjang
“Setelah satu tahun kita menikah, aku akan mengajukan cerai denganmu” Jalal terkejut “Kenapa ? Kamu tidak mau menerimanya lagi ? Aku tadi sudah berkorban dengan menghapus syarat kedua, sekarang kamu tidak mau lagi ? Kamu memang keras kepala ! Seharusnya posisi kita fifty fifty karena aku rasa satu tahun itu waktu yang cukup untuk kita menjadi suami istri, kita tidak akan menjadi sepasang suami istri selama lamanya kan ? Dan satu lagi aku tidak ingin punya anak dari kamu jadi jujur aku katakan kalau aku akan KB !” ujar Jodha lantang, Jalal menatap Jodha tajam seraya berkata “Oke, baik ,,, deal !” Jalal segera mengulurkan tangannya ke arah Jodha, Jodha menyambut uluran tangan Jalal dan mereka berjabat tangan “Tapi ingat, jangan kamu kira aku sudah melupakan apa yang terjadi lima tahun yang lalu” ujar Jodha sambil memicingkan matanya kearah Jalal, Jalal hanya tersenyum tidak membalas sindiran Jodha
Keesokan harinya ,,,
Malam itu, ibu Hamida sengaja mengadakan makan malam keluarga besar di rumahnya, Bhaksi Bano bersama suaminya dan anak anaknya datang terlebih dahulu kerumah ibu Hamida, ibu Hamida dan pak Humayun menyambut mereka dengan perasaan senang di teras depan rumah, tepat pada saat itu mobil land rover putih milik Jalal memasuki pelataran halaman rumah pak Humayun, pak Humayun dan bu Hamida yang sedang menyambut cucu cucu mereka langsung sejenak berhenti begitu melihat Jalal keluar dari mobilnya dan membuka pintu mobil di sebelahnya, seorang gadis keluar dari mobil Jalal, Jalal segera menutup pintu mobilnya dan mengulurkan tangannya padanya, ragu ragu gadis itu memegang tangan Jalal namun setelah dilihatnya ada pak Humayun dan bu Hamida yang menatapnya dari kejauhan, gadis itupun mau memegang tangan Jalal, sementara dari tempatnya berdiri pak Humayun merasa heran begitu melihat gadis yang dibawa Jalal adalah Jodha, salah satu dokter muda favouritenya.. NEXT